Gunung Semeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa dan salah satu gunung paling ikonik di Indonesia. Terletak di wilayah administratif Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Gunung Semeru menjulang dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dikenal juga sebagai Mahameru, nama ini diambil dari mitologi Hindu sebagai gunung suci yang menjadi pusat alam semesta. Gunung Semeru bukan hanya tempat pendakian yang menantang, tetapi juga memiliki nilai sejarah, spiritual, dan ekologis yang besar bagi masyarakat Indonesia.

Geografi dan Keistimewaan Gunung Semeru
Gunung Semeru merupakan bagian dari Pegunungan Tengger dan termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Puncaknya, Mahameru, menjadi titik tertinggi di Pulau Jawa dan merupakan tujuan utama para pendaki dari dalam maupun luar negeri. Kawah aktif di puncaknya dikenal sebagai Jonggring Saloka, yang secara berkala mengeluarkan asap dan material vulkanik. Aktivitas ini membuat Semeru tergolong sebagai gunung berapi tipe stratovolcano aktif.
Lanskap di sekitar Gunung Semeru sangat bervariasi. Mulai dari hutan tropis yang lebat di lereng bawah, padang savana luas seperti Oro-oro Ombo, hingga kawasan pasir dan batu di ketinggian. Kombinasi ini menciptakan keindahan alam yang luar biasa dan menjadikan Semeru sebagai salah satu destinasi pendakian terbaik di Asia Tenggara.
Sejarah Letusan dan Aktivitas Vulkanik
Sebagai gunung berapi aktif, Gunung Semeru memiliki sejarah panjang letusan yang tercatat sejak abad ke-19. Letusan-letusan kecil terjadi hampir setiap tahun, ditandai dengan hembusan asap, lontaran batu pijar, hingga awan panas. Salah satu letusan besar dan mematikan terjadi pada Desember 2021, ketika guguran awan panas melanda beberapa desa di kaki gunung, menewaskan puluhan orang dan menyebabkan ribuan lainnya mengungsi.
Karena tingkat aktivitas vulkaniknya yang tinggi, pendakian ke Semeru sering kali dibatasi oleh pihak berwenang. Kawasan di sekitar Jonggring Saloka biasanya ditutup karena berbahaya, dan para pendaki hanya diperbolehkan mendaki sampai Kalimati, titik akhir sebelum menuju puncak.
Meskipun demikian, hal ini tidak menyurutkan minat para pendaki untuk menjajal jalur Semeru. Justru, tantangan inilah yang menjadi daya tarik tersendiri.
Jalur Pendakian Gunung Semeru
Jalur pendakian paling populer ke Gunung Semeru adalah melalui Ranu Pane, sebuah desa kecil di Kabupaten Lumajang yang menjadi pintu masuk resmi pendakian. Berikut adalah beberapa titik penting dalam perjalanan menuju puncak:
1. Ranu Pane – Ranu Kumbolo
Ranu Kumbolo adalah danau cantik yang terletak di ketinggian 2.400 mdpl. Ini adalah tempat peristirahatan favorit para pendaki. Air danau yang jernih, pemandangan matahari terbit yang memesona, serta udara sejuk menciptakan suasana magis yang sulit dilupakan.
2. Ranu Kumbolo – Oro-oro Ombo – Cemoro Kandang
Dari Ranu Kumbolo, pendaki akan melewati padang savana luas bernama Oro-oro Ombo. Di musim tertentu, padang ini akan dipenuhi oleh bunga berwarna ungu mirip lavender yang dikenal sebagai verbena brasiliensis. Setelah itu, jalur terus menanjak melewati Cemoro Kandang dan Jambangan, tempat istirahat sebelum menuju Kalimati.
3. Kalimati – Arcopodo – Mahameru
Kalimati adalah basecamp terakhir sebelum menuju puncak. Pendakian dari Kalimati ke Mahameru harus dilakukan pada dini hari, mengingat cuaca dan potensi erupsi. Jalurnya cukup ekstrem, dengan medan berpasir dan batu yang mudah longsor. Arcopodo menjadi titik kritis sebelum medan semakin terbuka dan terjal menuju puncak Mahameru.
Keindahan Alam dan Ekosistem
Gunung Semeru memiliki kekayaan hayati yang luar biasa. Di lereng-lerengnya tumbuh berbagai jenis flora, termasuk edelweiss, pinus, cemara gunung, serta berbagai tumbuhan khas pegunungan tropis. Satwa liar seperti lutung, kijang, dan berbagai jenis burung juga hidup di kawasan ini.
Keberadaan danau Ranu Kumbolo dan padang Oro-oro Ombo menambah nilai ekowisata dari kawasan ini. Banyak pendaki yang menyempatkan diri berlama-lama di titik-titik tersebut untuk menikmati keindahan dan ketenangan alam.
Namun, tingginya jumlah pendaki juga membawa tantangan lingkungan. Sampah yang ditinggalkan, jejak tapak kaki yang merusak jalur alami, dan polusi suara menjadi isu serius. Oleh karena itu, pihak TNBTS bersama para relawan dan komunitas pecinta alam secara aktif mengampanyekan pendakian bertanggung jawab.
Nilai Spiritual dan Budaya
Gunung Semeru bukan sekadar tempat rekreasi atau pendakian, tetapi juga memiliki makna spiritual yang dalam bagi sebagian masyarakat. Dalam kepercayaan Hindu Jawa, Semeru dipercaya sebagai tempat tinggal para dewa dan simbol kesucian. Upacara adat seperti Yadnya Kasada oleh masyarakat Tengger sering dihubungkan dengan keberadaan Semeru sebagai gunung sakral.
Banyak pendaki yang menjadikan pendakian Semeru sebagai perjalanan spiritual, bukan hanya fisik. Mereka mencari ketenangan batin, melepas kepenatan dunia, dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta melalui keheningan dan keagungan alam.
Tantangan dan Keselamatan
Pendakian Gunung Semeru bukan tanpa risiko. Medan yang berat, perubahan cuaca ekstrem, dan ancaman letusan membuat pendakian ini hanya cocok untuk mereka yang benar-benar siap secara fisik dan mental. Persiapan logistik, pengetahuan jalur, serta pemahaman terhadap kondisi gunung sangat penting untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Pihak taman nasional mewajibkan semua pendaki untuk mendaftar secara daring melalui sistem booking online. Selain itu, mereka juga harus mengikuti briefing keselamatan, membawa perlengkapan yang sesuai, dan mengikuti batas waktu pendakian.
Penutup
Gunung Semeru adalah simbol keperkasaan alam dan kebesaran Tuhan yang nyata. Dengan segala keindahan HONDA138, tantangan, dan nilai yang dikandungnya, Semeru telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas alam Indonesia. Namun, penting bagi setiap orang yang ingin menaklukkannya untuk tetap menjunjung tinggi prinsip keselamatan dan kelestarian.
Semeru bukan hanya untuk ditaklukkan, tapi juga untuk dihormati.