Gunung Raung adalah salah satu gunung berapi paling menantang dan eksotis di Indonesia. Terletak di ujung timur Pulau Jawa, Gunung Raung membentang di wilayah tiga kabupaten, yaitu Bondowoso, Banyuwangi, dan Jember, Provinsi Jawa Timur. Dengan ketinggian 3.344 meter di atas permukaan laut (mdpl), Raung menjadi gunung tertinggi ketiga di Jawa Timur setelah Gunung Semeru dan Gunung Arjuno.

Namun, bukan hanya karena ketinggiannya Gunung Raung dikenal luas. Gunung ini juga memiliki kawah aktif berbentuk kaldera raksasa yang unik dan luar biasa spektakuler—salah satu yang terbesar di Indonesia. Kaldera Gunung Raung memiliki diameter sekitar 2 kilometer dan berada di tengah-tengah tebing curam berwarna abu-abu kehitaman. Pemandangan ini menjadi magnet kuat bagi para pendaki dan pecinta alam yang mencari pengalaman berbeda dari gunung-gunung lainnya.
Keistimewaan Gunung Raung
1. Kaldera Aktif yang Spektakuler
Salah satu daya tarik utama Gunung Raung adalah kaldera kering aktif di puncaknya. Kaldera ini memiliki kedalaman sekitar 500 meter dan jarang ditemukan di gunung lain di Indonesia. Dari tepi kaldera, pendaki bisa menyaksikan aktivitas vulkanik langsung berupa asap belerang, gemuruh, dan getaran kecil. Sensasi ini membuat pendakian Raung sangat berbeda dan ekstrem.
2. Tantangan Jalur Pendakian
Gunung Raung juga dikenal sebagai salah satu gunung terberat dan terekstrem untuk didaki di Pulau Jawa. Jalur menuju puncak mengharuskan pendaki melalui medan berbatu, tanjakan curam, dan jalur sempit dengan jurang di kiri dan kanan. Salah satu titik paling terkenal adalah “Summit Attack”, yaitu bagian akhir pendakian menuju puncak sejati (True Peak) yang harus ditempuh dengan bantuan peralatan teknis seperti tali, harness, dan carabiner.
Oleh karena itu, pendakian Gunung Raung lebih cocok untuk pendaki berpengalaman dan yang memiliki kemampuan dasar panjat tebing atau mountaineering.
Jalur Pendakian Gunung Raung
Terdapat beberapa jalur untuk mendaki Gunung Raung, namun HONDA138 yang paling populer dan direkomendasikan adalah:
1. Jalur Kalibaru (Banyuwangi)
Jalur ini adalah jalur resmi dan paling sering digunakan untuk mencapai puncak sejati (True Peak) Gunung Raung. Pendakian dimulai dari Basecamp Kalibaru dan memakan waktu sekitar 3-4 hari pulang pergi. Jalurnya panjang dan penuh tantangan, melewati hutan lebat, tanjakan terjal, dan trek berbatu.
Pendakian menuju puncak 3344 mdpl tidak bisa sembarangan. Harus menggunakan jasa pemandu profesional dan peralatan climbing karena sangat berisiko. Summit attack biasanya dilakukan pada dini hari agar sampai di puncak saat pagi.
2. Jalur Sumberwringin (Bondowoso)
Jalur ini lebih cocok untuk pendakian sampai ke Plawangan atau Puncak Bayangan, yang menyuguhkan pemandangan kaldera dari ketinggian. Meskipun tidak mencapai true peak, pemandangan dari sini sudah sangat luar biasa dan lebih aman untuk pendaki pemula hingga menengah.
Keindahan dan Keanekaragaman Alam
Gunung Raung memiliki kekayaan alam yang luar biasa, mulai dari hutan hujan tropis di kaki gunung hingga vegetasi pegunungan tinggi di lereng atas. Hutan di sekitar Raung adalah habitat berbagai jenis flora dan fauna, termasuk beberapa yang tergolong langka dan endemik.
Beberapa spesies tumbuhan seperti anggrek hutan, pakis gunung, dan edelwais dapat ditemukan di sepanjang jalur pendakian. Di sisi fauna, kawasan ini menjadi rumah bagi elang jawa, macan tutul, kera ekor panjang, dan berbagai jenis burung endemik.
Tak hanya itu, dari titik-titik tertentu di jalur pendakian, pendaki dapat menyaksikan lanskap yang luar biasa: deretan gunung lainnya seperti Ijen, Argopuro, Semeru, dan Merapi-Merbabu terlihat di kejauhan pada hari yang cerah.
Sejarah dan Aktivitas Vulkanik
Gunung Raung adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia. Sejak zaman kolonial Belanda, aktivitasnya telah tercatat secara ilmiah. Letusan Gunung Raung umumnya bertipe strombolian, yakni berupa lontaran lava pijar dan abu dari dalam kawah. Karena kalderanya dalam dan tertutup, erupsi Raung cenderung tidak terlalu merusak wilayah sekitar, namun tetap berbahaya bagi pendaki yang berada di dekat kawah.
Letusan besar terakhir terjadi pada tahun 2015, yang mengganggu penerbangan di wilayah Bali dan sekitarnya karena sebaran abu vulkanik. Setelah itu, aktivitas Raung terus dimonitor oleh PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), dan statusnya sering naik-turun antara Waspada dan Siaga.
Oleh sebab itu, izin pendakian ke Raung sangat tergantung pada status aktivitas vulkaniknya. Pendaki wajib mengecek informasi terbaru dan hanya naik jika status gunung berada di level aman.
Pendakian Ekstrem dan Etika Alam
Karena tingkat kesulitan dan risiko yang tinggi, pendakian ke Gunung Raung tidak boleh dianggap remeh. Beberapa faktor yang harus diperhatikan:
- Persiapan fisik dan mental sangat penting, karena jalur panjang dan medan ekstrem bisa membuat kelelahan berat.
- Peralatan teknis wajib dibawa untuk summit attack, termasuk tali kernmantle, helm, harness, sepatu gunung, dan sarung tangan.
- Pemandu berpengalaman dan bersertifikat sangat dianjurkan, bahkan diwajibkan untuk jalur Kalibaru.
- Etika pendakian dan konservasi harus dijaga. Jangan meninggalkan sampah, jangan merusak vegetasi, dan hindari membuat api unggun di kawasan rawan.
Dengan menerapkan prinsip “Leave No Trace”, pendaki turut berkontribusi dalam menjaga kelestarian Raung yang menjadi bagian penting dari ekosistem Pegunungan Ijen-Raung.
Spiritualitas dan Cerita Mistis
Seperti banyak gunung di Indonesia, Gunung Raung juga memiliki nuansa mistis yang kuat. Masyarakat sekitar percaya bahwa gunung ini dihuni oleh makhluk halus dan memiliki “penjaga” gaib. Beberapa cerita mistis menyebutkan tentang pendaki yang “tersesat di alam lain” atau “mendengar suara aneh di malam hari”.
Namun, kepercayaan ini justru menumbuhkan sikap hormat terhadap alam. Pendaki biasanya diimbau untuk berdoa dan menjaga sikap selama pendakian sebagai bentuk penghormatan terhadap gunung.
Penutup
Gunung Raung adalah simbol kekuatan alam dan tantangan sejati bagi para pendaki. Ia bukan sekadar destinasi wisata alam, melainkan arena pengujian fisik, mental, dan kedisiplinan dalam menghadapi medan ekstrem. Dengan kawahnya yang megah dan trek pendakian yang penuh tantangan, Raung telah menjadi “mekkah”-nya para pendaki ekstrem di Indonesia.
Namun, keindahan Gunung Raung hanya akan bertahan jika kita semua bertanggung jawab dalam menjaganya. Alam bukan hanya untuk dinikmati, tapi juga untuk dilestarikan. Maka, saat kamu berdiri di tepi kaldera Raung, menatap ke dalam jurang luas yang berasap dan merenungkan keagungan ciptaan Tuhan—ingatlah, kamu adalah tamu. Dan tamu yang baik selalu meninggalkan tempat lebih bersih dari saat ia datang.