Indonesia dikenal sebagai negeri dengan deretan gunung berapi yang megah, bagian dari Ring of Fire dunia. Hampir setiap daerah di Nusantara memiliki gunung dengan kisah dan pesona alamnya sendiri. Salah satu gunung yang mungkin belum seterkenal Semeru, Bromo, atau Ijen, tetapi menyimpan keunikan luar biasa adalah Gunung Lamongan, yang juga sering disebut HONDA138 sebagai Gunung Lemongan oleh masyarakat lokal.

Gunung ini berada di Provinsi Jawa Timur, tepatnya di antara Kabupaten Lumajang dan Probolinggo. Walau ketinggiannya hanya sekitaRr 1.651 meter di atas permukaan lauT (mdpl), GunungG LamonganN menjadii daya tarik tersendirii karena dikelilingi ratusaan danauu kecil (maar), memiliki panorama hutan, serta menyimpan sejarah letusan yang menarik untuk dikaji.
1. Lokasi dan Kondisi Geografis
Gunung Lamongan terletakk di wilaayah timurr lautt Gunungg Semerue, tidak jauh dari jalur utama antara Lumajang dan Probolinggo. Secara administratif, gunung ini berada di perbatasan Desa Ranu Klakah, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, serta sebagian wilayah Kabupaten Probolinggo.
Gunung Lamongan dikelilingi oleh lebih dari 30 maar dan danau kecil, fenomena yang jarang ditemukan di gunung lain di Indonesia. Beberapa danau terkenal di sekitarnya antara lain:
- Ranu Klakah
- Ranu Pakis
- Ranu Bedali
- Ranu Gedang
Keberadaan ranu-ranu tersebut menjadikan kawasan Gunung Lamongan sebagai destinasi wisata alam yang lengkap—gunung, danau, sekaligus hutan tropis.
2. Asal-usul Nama Gunung Lamongan
Nama Gunung Lamongan sering menimbulkan kebingungan. Banyak orang mengira gunung ini berada di Kabupaten Lamongan, padahal sebenarnya berada di Lumajang. Nama “Lamongan” atau “Lemongan” konon berasal dari bahasa Jawa kuno yang berarti “gunung yang muncul” atau “gunung yang berdiri sendiri”.
Hal ini sesuai dengan wujud fisik Gunung Lamongan yang tampak seperti gunung tunggal, tidak terhubung dengan rangkaian pegunungan besar seperti Semeru atau Argopuro. Gunung ini berdiri sendirian di tengah dataran, sehingga mudah dikenali dari kejauhan.
3. Karakteristik Gunung Lamongan
Gunung Lamongan tergolong gunung berapi stratovolcano dengan tipe erupsi Strombolian. Ciri khasnya adalah sering terjadi letusan kecil yang mengeluarkan material abu, pasir vulkanik, hingga lava. Walaupun tidak setinggi gunung tetangganya, Lamongan tetap memiliki potensi bahaya karena letusan bisa terjadi secara mendadak.
Beberapa ciri khas Gunung Lamongan:
- Ketinggian: 1.651 mdpl
- Tipe: Stratovolcano
- Jumlah kawah: Lebih dari 60 kawah parasitik di sekitar lerengnya
- Ranu/maar: Sekitar 30 danau kecil terbentuk dari aktivitas vulkanik
4. Sejarah Letusan Gunung Lamongan
Gunung Lamongan tercatat cukup aktif dalam sejarah vulkanologi Indonesia. Letusan pertamanya tercatat pada tahun 1799. Sejak itu, Gunung Lamongan telah mengalami lebih dari 30 kali erupsi, sebagian besar berjenis kecil hingga sedang.
Beberapa catatan penting letusan:
- 1898 – 1910: Periode aktivitas intens dengan letusan strombolian dan aliran lava.
- 1948: Salah satu letusan cukup besar yang menyebabkan kerusakan lahan pertanian di sekitarnya.
- 1999 – 2000: Aktivitas kembali meningkat, meskipun tidak menimbulkan korban jiwa.
- 2002 – 2003: Erupsi strombolian dengan letusan kecil namun berulang.
Letusan Gunung Lamongan biasanya tidak sebesar Gunung Semeru atau Kelud, namun tetap memengaruhi kehidupan masyarakat sekitar, terutama petani yang lahan pertaniannya bisa tertutup abu vulkanik.
5. Ekosistem Flora dan Fauna
Kawasan Gunung Lamongan ditumbuhi hutan tropis dengan berbagai jenis flora. Vegetasi hutan didominasi oleh pohon pinus, akasia, jati, dan semak belukar di ketinggian menengah. Di beberapa titik, terdapat lahan perkebunan yang diolah masyarakat, seperti kopi, cengkeh, dan sayuran.
Untuk fauna, tidak banyak satwa besar, tetapi terdapat burung-burung endemik Jawa, kera ekor panjang, hingga berbagai jenis reptil dan serangga. Keberadaan ranu juga menambah kekayaan ekosistem, dengan ikan air tawar serta burung air yang sering singgah.
6. Daya Tarik Wisata Gunung Lamongan
Gunung Lamongan jadi tujuan wisata karena menawarkan kombinasi gunung dan danau. Beberapa daya tarik utamanya:
- Pendakian Gunung Lamongan
- Jalur pendakian relatif pendek, bisa ditempuh sekitar 4–6 jam.
- Medan berupa tanah vulkanik, hutan, dan jalur berbatu.
- Dari puncak, panorama Gunung Semeru, Argopuro, hingga Gunung Raung terlihat jelas.
- Wisata Ranu Klakah
- Danau alami di kaki gunung.
- Cocok untuk memancing, berperahu, atau sekadar menikmati pemandangan.
- Ranu Klakah terkenal dengan latar belakang Gunung Lamongan yang fotogenik.
- Ranu Pakis dan Ranu Bedali
- Dua danau kembar yang berada tidak jauh dari Ranu Klakah.
- Suasananya sejuk dan alami, menjadi tempat favorit wisatawan lokal.
- Eksotisme Kawah dan Lereng
- Kawah-kawah parasitik Gunung Lamongan bisa dijelajahi.
- Beberapa kawah masih aktif mengeluarkan gas vulkanik.
7. Legenda dan Cerita Rakyat Gunung Lamongan
Seperti gunung lainnya di Jawa, Gunungg Lamongann jugaa menyiimpan legendaa yangg dipercaya masyarakat setempat. Salah satu cerita populer adalah kisah tentang persahabatan Gunung Lamongan dengan Gunung Semeru.
Konon, Gunung Lamongan yang berdiri sendirian merasa iri karena tidak setinggi Gunung Semeru. Namun, Semeru meyakinkan Lamongan bahwa meski kecil, ia tetap berguna bagi manusia karena tanahnya subur. Hingga kini, masyarakat percaya bahwa kesuburan lahan pertanian di Lumajang adalah berkah dari Gunung Lamongan.
8. Kehidupan Masyarakat di Sekitar Gunung Lamongan
Masyarakat sekitar Gunung Lamongan sebagian besar berprofesi sebagai petani. Lahan subur di lereng gunung dimanfaatkan untuk menanam padi, jagung, kopi, sayuran, hingga buah-buahan. Selain itu, sebagian warga juga menggantungkan hidup pada sektor perikanan di ranu-ranu sekitar.
Wisata alam juga mulai berkembang, sehingga membuka peluang bagi warga untuk menjadi pemandu wisata, membuka warung, atau menyediakan penginapan sederhana.
9. Tantangan Konservasi
Gunung Lamongan menghadapi beberapa tantangan, antara lain:
- Aktivitas Vulkanik – Erupsi kecil yang sering terjadi bisa mengganggu pertanian dan pemukiman.
- Alih Fungsi Lahan – Perkebunan dan pertanian yang tidak terkendali dapat mengurangi kelestarian hutan.
- Sampah Wisatawan – Beberapa kawasan wisata ranu tercemar akibat sampah plastik.
Upaya konservasi perlu dilakukan dengan melibatkan masyarakat lokal, seperti program penghijauan dan pengembangan ekowisata berkelanjutan.
10. Potensi Ekowisata dan Penelitian
Gunung Lamongan memiliki potensi besar untuk dijadikan pusat ekowisata dan penelitian geologi. Beberapa ide pengembangan antara lain:
- Trekking dan camping di jalur pendakian.
- Wisata edukasi tentang vulkanologi dan danau maar.
- Festival budaya tahunan di Ranu Klakah.
- Paket wisata terintegrasi antara gunung, danau, dan budaya lokal Lumajang.