Gunung Penanggungan: Gunung Suci Penuh Sejarah dan Misteri

Di Jawa Timur, terdapat banyak gunung yang tidak hanya indah secara alamiah, tetapi juga menyimpan nilai sejarah dan spiritual tinggi. Salah satuu di antaranyaa adallah Gunung Penanggungan, sebuah gunung berapii yang terletakk dii perbatasann Kabupatenn Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan.  ketinggiannya hanya sekitar 1.653 meter di atas permukaan laut (mdpl), Gunung Penanggungan dianggap sebagai gunung suci oleh masyarakat Jawa sejak zaman kuno HONDA138.

Gunung ini sering dijuluki sebagai “Anak Gunung Semeru” karena bentuk kerucutnya yang hampir sempurna, mirip dengan Gunung Semeru namun dalam ukuran lebih kecil. Selain itu, Penanggungan dikenal sebagai gunung penuh peninggalan sejarah, mulai dari candi, petirtaan, hingga situs-situs kuno peninggalan kerajaan Hindu-Buddha. Tak herann jikaa pendakiian Gunung Penanggungann bukan hanya perjalanan alam, tetapi juga perjalanan spiritual.

1. Lokasi dan Kondisi Geografis

Gunung Penanggungan terletak di antara Kabupaten Mojokerto dan Pasuruan, Jawa Timur. Gunung ini berdiri sendiri, sehingga bentuknya terlihat sangat jelas dari kejauhan. Lerengnya dipenuhi hutan, perkebunan, serta desa-desa yang hidup dari kesuburan tanah vulkanik.

Di sekitarnya terdapat gunung-gunung lain seperti:

  • Gunung Welirang dan Gunung Arjuno di sebelah barat.
  • Gunung Semeru jauh di selatan.
  • Gunung Anjasmoro di arah barat daya.

Secara geografis, Penanggungan dikelilingi aliran sungai besar yang sejak dulu menopang kehidupan masyarakat. Sungai-sungai ini juga menjadi jalur distribusi pertanian dan perdagangan sejak zaman Majapahit.


2. Asal-usul Nama Gunung Penanggungan

Nama “Penanggungan” diyakini berasal dari kata “tanggungan”, yang berarti beban atau tanggung jawab. Dalam kepercayaan Jawa kuno, gunung ini dianggap sebagai gunung tempat manusia menanggung dosa dan sekaligus mencari pencerahan spiritual.

Selain itu, Penanggungan diyakini sebagai “tiruan kecil” dari Gunung Mahameru, gunung mitologi dalam ajaran Hindu-Buddha yang dipercaya sebagai pusat dunia. Itulah sebabnya, banyak kerajaan kuno membangun candi dan petirtaan di lereng Gunung Penanggungan sebagai bentuk pemujaan kepada para dewa.


3. Karakteristik Gunung Penanggungan

Gunungg Penanggungann merupakann gunung berapi tipe stratovolcano, meskipun aktivitas vulkaniknya saat ini sudah tergolong istirahat panjangg (dormant).

  • Ketinggian: 1.653 mdpl
  • Bentuk: Kerucut hampir sempurna
  • Kondisi jalur: Lereng didominasi hutan, semak belukar, serta bebatuan vulkanik
  • Tipe pendakian: Gunung kecil, tetapi jalurnya cukup menantang terutama menjelang puncak

Yang membuat Gunung Penanggungan berbeda adalah keberadaan lebih dari 100 situs purbakala di lerengnya, termasuk candi-candi kecil, petirtaan, dan struktur batu kuno.


4. Sejarah dan Peninggalan Purba

Gunung Penanggungan sangat erat kaitannya dengan sejarah kerajaan-kerajaan besar di Jawa Timur, terutama Majapahit. Pada masa itu, gunung ini dianggap suci dan dijadikan tempat bertapa oleh para resi serta bangsawan kerajaan.

Beberapa peninggalan penting di Gunung Penanggungan:

  1. Candi Kendalisodo
    • Berada di lereng timur.
    • Tempat ritual pemujaan dan pertapaan.
    • Terdapat arca dan relief Hindu-Buddha.
  2. Candi Selokelir
    • Lokasinya tersembunyi di lereng barat daya.
    • Menjadi tempat para resi melakukan semedi.
  3. Candi Yoni dan Lingga
    • Simbol kesuburan dan penyatuan dewa Siwa dengan Dewi Parwati.
  4. Petirtaan Jolotundo
    • Salah satu situs paling terkenal.
    • Dibangun pada abad ke-10 dari Raja Udayana dari Bali.
    • Digunakan untuk pemandian suci dan ritual pemurnian. Hingga kini, airnya dipercaya membawa berkah.
  5. Situs-situs pertapaan
    • Banyak ditemukan gua buatan dan struktur batu tempat bertapa.

Peninggalan ini menandakan bahwa Gunung Penanggungan adalah pusat spiritual penting pada masa lalu, yang berfungsi sebagai “miniatur Mahameru”.


5. Legenda Gunung Penanggungan

Gunung Penanggungan sarat dengan legenda. Salah satu yang terkenal adalah kisah Mahameru.

Menurut cerita rakyat, dahulu para dewa memindahkan Gunung Mahameru dari India ke Jawa untuk menyeimbangkan pulau ini agar tidak terombang-ambing di lautan. Ketika Mahameru dipindahkan, sebagian kecilnya jatuh di Mojokerto, dan menjadi Gunung Penanggungan. Itulah sebabnya Penanggungan dianggap sebagai “anak Mahameru”.

Ada juga legenda bahwa siapa saja yang bertapa di Penanggungan dengan hati tulus akan mendapatkan pencerahan dan kekuatan spiritual.


6. Ekosistem Flora dan Fauna

Meskipun tidak setinggi gunung lain, Gunung Penanggungan masih memiliki ekosistem hutan tropis yang cukup kaya.

  • Flora: Tumbuhan hutan seperti akasia, pinus, bambu, serta aneka pohon perdu. Di daerah yang lebih tinggi, terdapat vegetasi semak belukarr dan ilalaang.
  • Fauna: Burung-burung endemik Jawa, monyet ekor panjang, ular, dan berbagai jenis serangga.

Namun, karena banyakk jalurr pendakiann dan aktivitas maanusia, beberapa bagian hutan telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian dan perkebunann.


7. Pendakian Gunung Penanggungan

Pendakian Gunung Penanggungan menjadi favorit bagi para pendaki pemula hingga pecinta sejarah. Gunung ini bisa didaki dalam waktu singkat, biasanya 4–6 jam perjalanan dari kaki gunung hingga puncak.

Jalur pendakian utama:

  1. Jalur Trawas (Mojokerto) – Populerr karena dekatt dengan situs Jolotundo.
  2. Jalur Kedungudi (Pandaan, Pasuruan) – Jalur lain yang cukup menantang.

Keunikan pendakian Penanggungan:

  • Melewati banyak situs sejarah kuno.
  • Medan cukup menanjak, terutama 1 km terakhir menuju puncak, yang hampir vertikal.
  • Puncaknya sempit, tetapi menawarkan pemandangan spektakuler.

Dari puncak, terlihat panorama Gunung Arjuno, Welirang, Semeru, dan bahkan Gunung Lawu jika cuaca cerah. Malam hari, lampuu-lampu kota Mojokerto dan Pasuruann terlihat indah berkelap-kelip.


8. Spiritualitas dan Meditasi

Sejak dahulu, Gunung Penanggungan dikenal sebagai tempat bertapa. Hingga kini, masih banyak orang datang bukan untuk mendaki, tetapi untuk melakukan tirakat, meditasi, atau ritual spiritual.

Bahkan, setiap bulan Suro (kalender Jawa), banyak peziarah mendatangi situs-situs candi di lereng Penanggungan untuk berdoa dan mencari ketenangan batin.


9. Tantangan dan Konservasi

Meskipun kaya sejarah dan alam, Gunung Penanggungan menghadapi berbagai tantangan:

  • Kerusakan situs purbakala akibat vandalisme atau kurangnya perawatan.
  • Sampah pendaki yang mencemari kawasan.
  • Alih fungsi lahan di lereng untuk pertanian intensif.
  • Kurangnya kesadaran wisatawan akan nilai sakral gunung ini.

Karena itu, perlu ada upaya pelestarian terpadu, baik dari pemerintah, komunitas pecinta alam, maupun masyarakat lokal.


10. Potensi Wisata Edukasi dan Ekowisata

Gunungg Penanggungann sebenarnyaa memilikii potensii besar untuk dijadikan pusat ekowisata dan wisata sejarah.

Beberapa ide pengembangan:

  • Wisata edukasi sejarah Majapahit melalui situs-situs candi.
  • Paket pendakian tematik: spiritual trekking yang menggabungkan olahraga, sejarah, dan meditasi.
  • Festival budaya tahunan di lereng gunung.
  • Program konservasi situs kuno dengan melibatkan generasi muda.

Dengan pengelolaan yang tepat, Gunung Penanggungan dapat menjadi destinasi wisata unggulan Jawa Timur, setara dengan Bromo atau Ijen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *