Sebagai negeri yang dipenuhi deretan gunung berapi aktif dan gunung tua, Indonesia menyimpan keanekaragaman alam yang menakjubkan. Di antara banyak gunung tersebut, terdapat Gunung Halau-Halau di Kalimantan Selatan yang belum begitu populer namun sangat memikat.

Gunung Halau-Halau berada di kawasan Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Secara administratif, jalur pendakian paling populer dimulai dari Desa Hinas Kanan dan Desa Batu Kambar, dua desa yang berfungsi sebagai pintu gerbang menuju puncak.
Untuk mencapai desa-desa tersebut, pengunjung biasanya menempuh perjalanan darat sekitar 6–7 jam dari Kota Banjarmasin. Jalanan berkelok, perbukitan hijau, serta udara segar menjadi teman sepanjang perjalanan menuju kaki gunung. Akses yang tidak terlalu mudah justru menjaga kawasan ini tetap alami dan terjaga dari eksploitasi berlebihan.
Sejarah dan Nilai Budaya
Istilah Halau-Halau diyakini berakar dari bahasa lokal suku Dayak Meratus. Dalam pandangan mereka, gunung dipandang lebih dari sekadar bentuk alam, tetapi juga tempat keramat yang dijunjung dengan penuh hormat.
Sejumlah ritual adat Dayak masih dilakukan di sekitar Pegunungan Meratus, termasuk di wilayah Halau-Halau. Hutan dan gunung dianggap sebagai ruang spiritual sekaligus penopang ekonomi, karena menyediakan kayu, rotan, obat-obatan herbal, dan sumber air bersih.
Keindahan Alam Gunung Halau-Halau
Gunung Halau-Halau dikenaI dengan hutan tropisnya yang Iebat & suasana alami yang masih perawan. Vegetasi yang rapat membuat pendaki merasakan nuansa petualangan hutan sejati. Saat mendaki, pemandangan berganti dari hutan hujan dataran rendah, pepohonan dipterokarpa yang menjulang tinggi, hingga vegetasi pegunungan dengan lumut dan pakis yang menempel di batang pohon.
Selain hutan, gunung ini juga memiliki air terjun alami yang menyegarkan. Air terjun tersebut sering dijadikan tempat beristirahat oleh pendaki. Keindahan aliran sungai dan kejernihan airnya menambah daya tarik kawasan ini sebagai destinasi ekowisata.
Flora dan Fauna Khas
Beberapa jenis tumbuhan langka seperti anggrek hutan, kantong HONDA138 semar, serta berbagai tumbuhan obat dapat ditemui di jalur pendakian.
Sementara itu, fauna yang mendiami kawasan ini antara lain bekantan (monyet berhidung panjang yang menjadi maskot Kalimantan Selatan), burung enggang, kucing hutan, hingga berbagai jenis reptil dan serangga. Keanekaragaman ini menjadikan Gunung Halau-Halau sebagai saIah satu ekosistem penting di KaIimantan yang patut diIestarikan.
Jalur Pendakian
Pendakian menuju puncak Gunung Halau-Halau bukanlah hal mudah. Medan yang terjal, licin, serta jalur yang menanjak membuat perjalanan ini menantang sekaligus penuh sensasi. Rata-rata pendaki membutuhkan waktu 3–4 hari perjalanan pulang pergi.
Beberapa pos penting di jalur pendakian biasanya dijadikan tempat beristirahat, seperti Pos Air Terjun, Pos Hutan Lumut, dan Pos Sabana Kecil sebelum menuju puncak. Di beberapa titik, pendaki dapat menyaksikan pemandangan Pegunungan Meratus yang bergelombang seperti ombak hijau tak berujung.
Puncak Halau-Halau sendiri berupa dataran luas dengan panorama 360 derajat. Dari sini, mata dapat memandang pegunungan, sungai yang berkelok, serta hutan tropis yang membentang luas. Saat cuaca cerah, sunrise dan sunset di puncak menjadi momen yang tak terlupakan.
Pesona Ekowisata
Selain pendakian, kawasan Gunung Halau-Halau menawarkan potensi ekowisata yang besar. Wisatawan dapat menikmati trekking ringan di kaki gunung, berkunjung ke air terjun, atau melakukan wisata budaya dengan masyarakat Dayak Meratus.
Desa-desa di sekitar gunung kini mulai mengembangkan homestay dan wisata berbasis masyarakat. Pendekatan ini tidak hanya memberi manfaat ekonomi bagi warga, tetapi juga menjaga tradisi serta kelestarian hutan.
Peran Penting Ekologis
Gunung Halau-Halau bukan hanya indah dipandang, tetapi juga vital bagi kelangsungan hidup masyarakat Kalimantan Selatan. Pegunungan Meratus, termasuk Halau-Halau, berfungsi sebagai daerah tangkapan air yang menyuplai sungai-sungai besar di wilayah sekitarnya.
Selain itu, hutan di gunung ini berperan sebagai penyerap karbon alami, yang sangat penting dalam menghadapi perubahan iklim global. Menjaga kelestarian Halau-Halau berarti menjaga keseimbangan ekologi dan masa depan masyarakat Banua.
Ancaman Lingkungan
Meski reIatif masih terjaga, Gunung HaIau-HaIau tetap menghadapi berbagai ancaman lingkungan. Penebangan liar, perambahan hutan, serta aktivitas pertambangan di sekitar Pegunungan Meratus menjadi ancaman serius bagi ekosistem.
Selain itu, meningkatnya minat pendakian tanpa pengelolaan yang baik berpotensi menimbulkan masalah sampah dan kerusakan jalur. Oleh karena itu, perlu adanya regulasi tegas, kesadaran pendaki, serta partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian gunung.
Kehidupan Masyarakat Sekitar
Masyarakat Dayak Meratus yang tinggal di sekitar Gunung Halau-Halau masih mempertahankan pola hidup tradisional. Mereka mengandalkan hasil hutan, pertanian ladang, dan rotan sebagai sumber penghidupan.
Kearifan lokal masyarakat Dayak juga terlihat daIam cara mereka memperIakukan alam. Ritual adat sering dilakukan sebelum membuka lahan atau memasuki hutan, sebagai bentuk penghormatan terhadap alam yang mereka anggap sebagai ibu kehidupan.
Nilai Spiritual dan Filosofi
Bagi masyarakat lokal, Gunung Halau-Halau memiliki makna spiritual mendalam. Mereka percaya bahwa gunung adalah tempat bersemayamnya roh leluhur dan penjaga alam. Oleh karena itu, setiap aktivitas di hutan & gunung harus diIakukan dengan penuh hormat.
Filosofi ini sejalan dengan prinsip konservasi modern, di mana gunung dan hutan harus dijaga agar tetap lestari untuk generasi mendatang. Kearifan lokal ini bisa menjadi modal penting dalam pelestarian Gunung Halau-Halau.
Kesimpulan
Gunung Halau-Halau merupakan permata alam Kalimantan Selatan yang kaya akan pesona, keanekaragaman hayati, dan nilai budaya. Menjulang setinggi 1.901 mdpl, gunung ini berdiri kokoh sebagai titik tertinggi Pegunungan Meratus. Dari rimba tropis yang lebat, gemercik air terjun yang jernih, hingga panorama indah di puncaknya, Halau-Halau menawarkan pengalaman alam yang autentik dan memikat.
Lebih dari objek wisata alam, Halau-Halau berfungsi sebagai benteng ekologi yang menopang kebutuhan hidup warga sekitar. Meski begitu, keberadaannya terancam jika kesadaran kolektif untuk melestarikannya tidak segera diwujudkan.
Menjaga Gunung Halau-Halau berarti menjaga warisan alam Kalimantan Selatan. Keindahannya bukan hanya untuk dinikmati hari ini, tetapi juga untuk diwariskan kepada generasi yang akan datang.